Menulis adalah sesuatu hal penting dalam sebuah blog, seberapa besar blog itu, seberapa tenar dan sehebat apapun content yang ada dalam sebuah blog, awalnya adalah dari menulis. "Menulis" menjadi entrypoint dalam tatacatur perkembangan blog, meski hanya sebuah blog pribadi pada awalnya atau blog yang sudah di rancang khusus sebagai site yang seofriendly untuk membantu orang banyak ketika mereka mencari sesuatu, rasanya menulis adalah kuncinya.
Menulis juga menjadi frase kata yg menunjuk pada kesungguhan dan kebaikan sang pengelola blog, dengan ribuan cara, kata kata dan kalimat kalimat yang mengggugah dan menggairahkan publik pembaca blog, disadari atau tidak disadari, pada akhirnya content/isi blog itu menjadi santapan bagi public, walau berangkat dari catatatn catatan pribadi dipoint awalnya, hal ini menunjukkan adanya korelasi dalam sebuah fragmen hubungan relasi yaitu antara penulis dan pembaca.
MEnulis hanyalah alat untuk menyambungkan suatu informasi tertentu kepada orang tertentu (sang pencari informasi), yang kemudian isi informasi itu menjadi bahan mentah atau sudah menjadi solusi bagi penikmat informasi. lagi lagi blog mirip seorang artis yang menjadi sorotan public/public figur, akhirnya hampir sama antara bloggertainment, infotainner, infotainment dan artistainment, menjadi dinikmati public, baik karya original maupun sepuhan.
Menulis dan menulis lagi, jangan kemudian berhenti menulis lagi, tapi menulis dan menulis lagi.dan sepertinya saya juga setuju dengan ungkapan Mba Dewi lestari tentang sebuah karya dalam tulisan
Namun karya dan citra melangkah seiring sejalan ketika sudah masuk ke dalam industri. Di sana, karya menjadi besar, citra pun ikut membesar, dan saya yang manusia biasa kadang-kadang tenggelam oleh keduanya. “Figur publik” akhirnya menjadi efek samping yang mengiringi profesi artis, walaupun berkarya dan terkenal sebetulnya adalah dua hal yang berbeda.
Sialnya, pengertian “figur publik” selalu ditempelkan dengan konotasi “milik publik”. Kita amat sering terpeleset dengan menganggap keduanya identik, padahal secara esensi keduanya berbeda. Dalil itulah yang kemudian digunakan infotainment untuk menuntut artis buka mulut. Sering sekali mereka mengatasnamakan “masyarakat” dengan mengatakan “Masyarakat berhak untuk tahu!”
Bagi saya, yang menjadi milik publik adalah karya saya. Masyarakat bisa membeli buku saya, CD album saya, mengundang saya untuk diskusi buku dalam kapasitas saya sebagai penulis, atau mengundang saya bernyanyi dalam kapasitas saya sebagai penyanyi. Namun saya punya hak penuh atas kehidupan pribadi saya. Hidup saya bukan milik publik. Adalah hak saya sepenuhnya untuk menentukan seberapa banyak potongan kehidupan pribadi yang ingin saya bagi dan mana saja yang ingin saya simpan."(Dewi Lestari)
Menulis juga menjadi frase kata yg menunjuk pada kesungguhan dan kebaikan sang pengelola blog, dengan ribuan cara, kata kata dan kalimat kalimat yang mengggugah dan menggairahkan publik pembaca blog, disadari atau tidak disadari, pada akhirnya content/isi blog itu menjadi santapan bagi public, walau berangkat dari catatatn catatan pribadi dipoint awalnya, hal ini menunjukkan adanya korelasi dalam sebuah fragmen hubungan relasi yaitu antara penulis dan pembaca.
MEnulis hanyalah alat untuk menyambungkan suatu informasi tertentu kepada orang tertentu (sang pencari informasi), yang kemudian isi informasi itu menjadi bahan mentah atau sudah menjadi solusi bagi penikmat informasi. lagi lagi blog mirip seorang artis yang menjadi sorotan public/public figur, akhirnya hampir sama antara bloggertainment, infotainner, infotainment dan artistainment, menjadi dinikmati public, baik karya original maupun sepuhan.
Menulis dan menulis lagi, jangan kemudian berhenti menulis lagi, tapi menulis dan menulis lagi.dan sepertinya saya juga setuju dengan ungkapan Mba Dewi lestari tentang sebuah karya dalam tulisan
" Yang saya ingat, saya ingin jadi penulis dan musisi profesional. Itu saja. Saat saya berkarya, saya mempertanggungjawabkannya dengan cara-cara yang sederhana: menjamin bahwa karya saya asli dan mencintainya sepenuh hati.
Namun karya dan citra melangkah seiring sejalan ketika sudah masuk ke dalam industri. Di sana, karya menjadi besar, citra pun ikut membesar, dan saya yang manusia biasa kadang-kadang tenggelam oleh keduanya. “Figur publik” akhirnya menjadi efek samping yang mengiringi profesi artis, walaupun berkarya dan terkenal sebetulnya adalah dua hal yang berbeda.
Sialnya, pengertian “figur publik” selalu ditempelkan dengan konotasi “milik publik”. Kita amat sering terpeleset dengan menganggap keduanya identik, padahal secara esensi keduanya berbeda. Dalil itulah yang kemudian digunakan infotainment untuk menuntut artis buka mulut. Sering sekali mereka mengatasnamakan “masyarakat” dengan mengatakan “Masyarakat berhak untuk tahu!”
Bagi saya, yang menjadi milik publik adalah karya saya. Masyarakat bisa membeli buku saya, CD album saya, mengundang saya untuk diskusi buku dalam kapasitas saya sebagai penulis, atau mengundang saya bernyanyi dalam kapasitas saya sebagai penyanyi. Namun saya punya hak penuh atas kehidupan pribadi saya. Hidup saya bukan milik publik. Adalah hak saya sepenuhnya untuk menentukan seberapa banyak potongan kehidupan pribadi yang ingin saya bagi dan mana saja yang ingin saya simpan."(Dewi Lestari)
jadi menulis dan menulis lagi, jangan kemudian berhenti dan kemudian menulis dan menulis lagi, karena menulis menjadi otentifikasi dalam sebuah karya sendiri, baik "diperuntukkan" maupun tidak "diperuntukkan"
Menulis dan menulis lagi, sebagai sebuah karya, sebuah hobby, kesenangan, hubungan relasi, keperdulian, sosialitas ,mindseat,berbagai informasi,menyelesaikan masalah/menjawab solusi dan banyak lagi, Menulis dan menulis lagi, walau pada akhirnya tulisan kita akan menjadi sampah dalam sebuah directory ryclebin komputer orang banyak, namun bersayang dalam buah pengalaman dan ingatan orang orang banyak, bahkan mungkin sampah tulisan ini menjadi angin lalu atau sebaliknya menjadi angin segar dalam sebuah perubahan dan perjalanan manusia.
MEnulis dan menulis lagi, karena masih banyak manusia yang merindukan hasil karya untuk sama sama memberi angin segar dalam pelangi warna kehidupan.
Menulis dan menulis lagi meski saya masih sellau merasa bodoh.
from me Sang JuruCopas
http://www.yukitaonline.co.cc
Comments
Post a Comment